Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan
melalui proses fermentasi. Pembuatan etanol hasil fermentasi telah dilakukan
sejak zaman dahulu yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol seperti sake,
arak, anggur, wine, dan minuman memabukan lainnya. Selain sebagai
minuman memabukan, bioetanol juga digunakan sebagai campuran pada bahan bakar
kendaraan.
Saat ini, penggunaan bioetanol sebagai bahan
bakar menjadi sangat penting. Semakin sedikitnya sumber energi fosil yang ada
dibumi dan semakin tingginya pencemaran lingkungan menjadi faktor utama
dibutuhkannya energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan
bioetanol menjadi bahan bakar kendaraan dapat menjadi sebuah alternatif yang
aman, karena sumbernya berasal dari tumbuhan dan dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
Meskipun memiliki berbagai keuntungan, produksi
bioetanol juga dapat menimbulkan masalah. Bahan baku pembuatan bioetanol
seperti tebu, jagung, dan singkong merupakan tanaman pangan yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Jika lahan tanaman pangan tersebut dialihkan menjadi
lahan produksi bioetanol, maka produksi pangan akan menurun sehingga harganya
menjadi naik..
Etanol dari tebu bukan hanya bisa diperoleh
dari tetes tetapi juga bisa berasal dari ampas (bagasse) dan daun. Ini
sekaligus untuk menepis kritik soal etika berkaitan persaingan penggunaan
sumber pangan dan energi. Pengunaan bahanbahan yang bisa langsung dikonversi
menjadi etanol seperti tetes, jagung, singkong, gandum, dan umbi-umbian sejauh
ini menuai banyak kritik karena akan menurunkan suplai bahan pangan. Nah, kalau
kembali ke tebu, maka hal tersebut bisa dihindari. Ampas (32% tebu) dan trash
(14% tebu) merupakan senyawa lignoselulosa. Lignoselulosa dipecah menjadi
selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa diuraikan menjadi glukosa terus
menjadi etanol. Selulosa didegradasi menjadi silosa yang bisa diubah lebih
lanjut menjadi silitol (silitol merupakan pemanis alternatif yang baik bagi
kesehatan karena berkalori rendah dan tidak merusak gigi). Dengan cara ini,
produksi etanol per ha tebu akan meningkat 2-3 kali lipat. Bila hanya
mengandalkan tetes, produksi etanol per ha tebu kira-kira 1.200 liter. Dengan
konversi ampas dan trash akan dihasilkan lebih dari 2.500 liter etanol per ha.
Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman
prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang
ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian
utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah dari masa Neolitik.
Proses pembuatan etanol tergantung bahan
bakunya. Bahan yang mengandung gula biasanya tidak atau sedikit saja memerlukan
pengolahan pendahuluan . Tetapi bahan-bahan yang mengandung pati atau selulosa
harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi gula, yaitu menjadi gula yang dapat
difermentasikan. Pada ampas tebu terkandung karbohidrat jenis selulosa. Maka
dari itu untuk bisa memperoleh etanol dari ampas tebu terlebih dahulu selulosa
harus dihidrolisa. Untuk menghidrolisa selulosa dapat dilakukan dengan cara
memanaskannya dengan air. Karena air tedapat H+ yang mampu menghidrolisis
selulosa, namun untuk mendapatkan hasil yang sempurna bisa ditambahkan enzim
yang biasa digunakan untuk penguraian karbohidrat. Jika telah didapatkan
selulosa yang terhidrolisa dari bahan yang digunakan, fermentasi dapat
dilakukan dan membutuhkan waktu sekurangnya tujuh hari untuk mendapatkan
etanol. Dan kondisi fermentasi harus benar-benar dalan keadaan anaerob.
Teknologi ini pantas ada untuk dikembangkan karena krisis energi dunia pada paruh kedua tahun ini
yang tergolong parah dan melanda seluruh negara di dunia telah membangkitkan
keyakinan bahwa bioenergi merupakan alternatif pemecahan hal tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang
sedang menghadapi persoalan energi yang serius akibat ketergantungan yang
sangat besar terhadap energi fosil, sementara pengembangan bioenergi sebagai
alternatif masih kurang mendapat perhatian. Sesungguhnya potensi Indonesia
untuk mengembangkan bioenergi relatif besar, baik bioetanol maupun biodisel.
Salah satu potensi yang relatif besar adalah
pengembangan bioetanol berbahan baku tebu. Dengan asumsi 80 liter bioetanol
dapat dihasilkan dari 1 ton tebu (data teknis di Brazil) dan produktivitas tebu
rata-rata 80 ton per ha, maka dari setiap ha lahan tebu dapat dihasilkan 6.400
liter etanol. Apabila etanol dari tebu dapat mensubstitusi 10% dari kebutuhan
gasoline pada tahun 2010 (33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa dicapai
dengan pengembangan areal tebu seluas 522 ribu ha. Dengan target subsitusi
tersebut, jumlah gasoline yang dapat disubstitusi sebesar 3.34 milyar liter
atau lebih dari Rp 15 triliun. Data survey menunjukkan ketersediaan lahan di
luar Jawa yang sesuai untuk tebu terdapat sekitar 750 ribu ha, disamping potensi
arael existing industry seluas 420 ribu ha (areal tebu Indonesia tahun
1993/1994)
Nilai tambah bagi proses pembuatan ini adalah
pemanfaatan bioetanol sangatlah luas. Tak heran permintaannya pun sangat tinggi
di antaranya sebagai bahan bakar kendaraan bermotor hingga kompor ramah
lingkungan. Selain itu, bioetanol juga diperlukan industri kosmetik, minuman,
farmasi, dan parfum.
Pembuatan bioetanol ini dapat dilakukan oleh
semua kalangan masyarakat, karena proses pembuatan bioetanol dari kulit tebu
ini tidak terlalu sulit dan alat-alat yang digunakan mudah didapatkan dan
banyak tersedia serta Biaya untuk memproduksi bioetanol berbahan baku singkong
berkisar Rp3.400-Rp4.000 per liter. Masyarakat dapat melakukannya sendiri dan
mengolahnya sendiri. Masyarakat juga dapat langsung memproduksi dan memasarkan
sendiri bioetanol ini.
Cara paling mudah membuat bioetanol adalah
dengan bahan yang banyak mengandung gula, contohnya adalah tetes tebu atau
molases. Tetes tebu merupakan produk samping dari pabrik tebu yang memiliki
kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan bioetanol dari tetes tebu hanya
melewati dua tahap utama saja.
Gambar
1. Tahapah utama pembuatan bioetanol dari tetes tebu
Bahan-bahan
1. tetes tebu/molasses (kadar gula 50%)
2. urea
3. NPK
4. Fermipan (ragi roti)
5. Air
1. tetes tebu/molasses (kadar gula 50%)
2. urea
3. NPK
4. Fermipan (ragi roti)
5. Air
Langkah-langkah pembuatan
bioetanol
1.
Pengenceran Tetes Tebu
Kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi
untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu diencerkan terlebih dahulu.
Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %. Misal: larutkan 28 kg
(atau 22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk hingga tercampur merata.
Volume airnya kurang lebih 94.5 L. Masukkan ke dalam fermentor.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
2. Penambahan Urea dan NPK
Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi.
Kebutuhan hara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.
3. Penambahan Ragi
Bahan aktif ragi roti adalah khamir
Saccharomyces cereviseae yang dapat memfermentasi gula menjadi etanol.Sebaiknya
tidak menggunakan ragi tape, karena ragi tape terdiri dari beberapa mikroba.
Kebutuhan ragi roti adalah sebanyak 0.2% dari kadar gula dalam larutan
molasses. Untuk contoh di atas kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.
4. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam
setelah semua bahan dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau anda menggunakan
fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan tampak
gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung
udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Kadang-kadang terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama
proses fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya
dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam
atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah
tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan
fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.
5. Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan
cairan fermentasi ke dalam evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan
suhunya dipertahankan antara 79 – 81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap,
tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan
keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar
etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi
perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Bioetanol dari Gula Pasir
Jika anda kesulitasn mendapatkan
tetes/molasses, bioetanol dapat juga dibuat dengan menggunakan gula pasir.
Prosedur umumnya sama seperti yang sudah dijelaskan di atas, hanya mengganti
tetes dengan gula pasir. Yang perlu diperhatikan adalah kadar gulanya kurang
lebih 14%. Jadi untuk setiap 1 kg gula pasir dapat ditambahkan kurang lebih 7.1
liter air.
Pencampuran Bioetanol dengan
Bensin
Bioetanol yang bisa digunakan sebagai bahan
bakar adalah bioetanol dengan kadar air 99.5%. Bioetanol ini bisa dicampurkan
dengan bensin dengan perbandingan bietanol : bensin sebesar 1 : 9 atau 2 :
8.
SUMBER :
No comments:
Post a Comment